Oleh: Dewi Kartika Sari, S.Pd
SMAN 1 Talun, Kab. Blitar

Indonesia merupakan negara yang memiliki kepadatan penduduk sangat tinggi. Berdasarkan data yang dirilis oleh Dirjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia, jumlah  penduduk Indonesia per 30 Juni 2022 adalah 275.361.267 jiwa. Dengan jumlah penduduk sebanyak itu, keterbatasan lapangan pekerjaan menjadi permasalahan yang tidak dapat dielakan.

Berita Resmi Statistik yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Nomor 82/11/Th. XXV,tertanggal 07 November 2022 mencatat Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) per Agustus 2022 adalah sebesar 5,86 persen. Apabila dilihat berdasarkan pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh angkatan kerja, TPT pada Agustus 2022, TPT tamatan Sekolah Menengah Kejuruan masih merupakan yang paling tinggi dibandingkan tamatan jenjang pendidikan lainnya, yaitu sebesar 9,42 persen. Dibawahnya adalah tamatan SMA sebesar 8,57 persen. Sementara TPT yang paling rendah adalah pendidikan SD ke Bawah, yaitu sebesar 3,59 persen.

Data Global Entrepreneurship Index (GEI) 2019, Indonesia menduduki rangking 75 dari 137 negara. Peringkat ini di bawah beberapa negara ASEAN lainnya, seperti Singapura (27), Malaysia (43), Brunei Darussalam (48), Thailand (54) dan Vietnam (73). Hasil pengukuran GEI ini berdasarkan pada 14 pilar yang dikelompokkan kedalam 3 sub-index, yaitu sikap kewirausahaan, kemampuan kewirausahaan, dan gagasan kewirausahaan. Termasuk di antara pilar tersebut adalah menangkap peluang (pilar 1), kemampuan memulai (pilar 2), inovasi produk (pilar 10), dan inovasi proses (pilar 11).

Hal ini tentu akan mendukung arah perekonomian saat ini, dimana tuntutan era globalisasi, perdagangan bebas abad 21, dan pembangunan nasional akan membutuhkan individu-individu kreatif dan inovatif yang siap bersaing dengan sumber daya manusia diseluruh dunia. Karena hal itu sesuatu yang bermanfaat bagi usaha operasional program pembangunan nasional, maka sebagai prioritasnya perlu dimasukkan ke dalam muatan kurikulum sekolah. Bagi lembaga pendidikan, pembelajaran kewirausahaan bukan cuma menumbuhkan semangat, melainkan membangun konsep berfikir dan mendorong secara praktis kemampuan kewirausahaan pada lulusannya. Diharapkan adanya pembelajaran kewirausahaan mampu meningkatkan softskill peserta didik dan menghasilkan lulusan-lulusan yang mampu  menciptakan lapangan kerja (job creator) bukan hanya sebagai pencari pekerjaan (job seeker).

Pemerintah telah berupaya dalam meningkatkan mutu sumberdaya manusia yang lebih kreatif dan produktif. Hal ini termuat dalam amanat Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa tujuan pendidikan adalah mempersiapkan insan Indonesia untuk memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang produktif, kreatif, inovatif dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dan peradaban dunia. Sejak tahun 2016, Direktorat Pembinaan SMA telah melakukan penguatan program kewirausahaan dengan memberikan bantuan untuk beberapa sekolah yang tersebar di 34 provinsi. Kemudian pada tahun 2018 dilaksanakan evaluasi dan supervisi program tersebut. Hasilnya menunjukan sebanyak 97,14 % peserta didik sudah menunjukan kreativitasnya dengan menggunakan kearifan lokal, dan hanya 2,86% peserta didik yang harus diberikan pembinaan dalam peningkatan kreativitas.

Program Pendidikan Kewirausahaan di jenjang SMA yang diimplemntasikan dalam pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan memiliki tujuan untuk mengenalkan konsep kewirausahaan, latihan awal mengembangkan usaha, mendapatkan pengalaman praktis berwirausaha menumbuhkan minat berwirausaha dan mengembangkan potensi wirausaha. Program Pendidikan Kewirausahaan merupakan program untuk meningkatkan kreatifitas dan menjadi pribadi yang mampu memecahkan masalah (problem solver). Oleh karenanya program  ini harus menjadi alternatif dalam mempersiapkan lulusan yang mampu menerapkan dan mengelola peluang usaha serta mampu menyesuaikan diri agar berhasil dalam kehidupan bermasyarakat serta mampu untuk menghadapi persaingan global.

Mengingat masih tingginya tingkat pengangguran terbuka dari kalangan terdidik, termasuk lulusan SMA maka pemberian pendidikan kewirausahaan dianggap sangat penting untuk menanamkan jiwa wirausaha kepada siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian di salah satu universitas di Nigeria(Philip et al., 2016) yang menunjukkan bahwa menurut persepsi mahasiswa, pendidikan kewirausahaan dirasakan secara positif di semua dimensi dan menunjukkan hubungan positif yang kuat antara persepsi dan niat kewirausahaan. Membangun persepsi positif tentang pendidikan kewirausahaan di kalangan siswa adalah dasar untuk mencapai tujuan utamanya. Pendidikan kewirausahaan dianggap sangat penting untuk memberikan kesempatan bagi siswa menjadi pribadi yang inovatif, kreatif, mandiri, dan menjadi pemimpin yang mampu menghadapi tantangan. Oleh karena itu, pendidikan kewirausahan merupakan upaya untuk mempersiapkan lulusan menjadi wirausaha sehingga mampu berkontribusi pada pembangunan ekonomi.

Pendidikan kewirausahaan bukan semata-mata untuk kepentingan dunia bisnis, melaikan setiap lapangan pekerjaan yang memiliki semangat, pola pikir, dan karakter enterpreneur akan membuat perbedaan, perubahan, dan pertumbuhan positif dalam profesi dan pekerjaan mereka di luar bidang dunia bisnis. Jiwa enterpreneurship akan memiliki daya kreatif dan inovatif, mencari peluang dan berani mengambil risiko. Pendidikan enterpreneur akan memberikan karakter para peserta didik memiliki mental dan moral yang kuat, jiwa kemandirian, dan sikap ulet (tahan banting), pengetahuan dan keterampilan yang memadahi, serta mampu menghadapi persaingan global.

Pendidikan kewirausahaan yang dapat menumbuhkan minat adalah pembelajaran yang bersifat simulasi dengan berbagai model pembelajaran yang mengarah pada keterampilan berpikir dan kreativitas. Upaya meningkatkan kualitas pembelajaran kewirausahaan di sekolah dapat dilakukan melalui kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Pendekatan yang dipilih guru seharusnya merangsang siswa untuk berpikir kreatif. Pembelajaran dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran proyekdengan memanfaatkan dan mengembangkan potensi lokal yang ada di daerahnya. Pembelajaran lain yang dapat diterapkan adalam model design thinking yang menyajikan pendekatan solusi untuk memecahkan masalah. Pembelajaran dimulai dengan mengidentifikasi keinginan atau selera konsumen, merumuskan masalah dan solusi pemecahan masalah, proses pengumpulan ide melalui curah pendapat, membuat purwarupa dan mengujinya untuk dasar perbaikan purwarupa.

Kewirausahaan selain diajarkan melalui mata pelajaran wajib, dapat juga dilakukan melalui proyek kokurikuler. Proyek kewirausahaan dilakukan dengan mengkolaborasikan kompetensi dasar atau capaian pembelajaran dari berbagai mata pelajaran. Dengan adanya kolaborasi antar mata pelajaran, siswa dapat mempelajari dan memperdalam kompetensi dari berbagai sudut pandang. Bentuk proyek kokurikuler dapat melatihkan siswa bagaimana bekerjasama, menghargai pendapat teman, menemukan ide-ide kreatif untuk memecahkan masalah, memanfaatkan teknologi untuk menunjang proyek mereka.

Kewirausahaan di sekolah dapat juga dikembangkan melalui kegiatan ekstrakurikuler yang disesuaikan dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat siswa yang dibimbing oleh pendidik atau tenaga kependidikan yang ditunjuk oleh sekolah. Pelaksanaannya diluar jam pelajaran, yang sifatnya tidak wajib bagi siswa. Dalam mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler kewirausahaan, siswa didampingi oleh pelatih atau pembina yang dapat berasal dari guru maupun tenaga kependidikan bahkan dapat pula pendamping dari dunia usaha dunia industri. Kegiatankegiatan untuk memamerkan produk hasil karya siswa dijadwalkan secara berkala.

Daftar Rujukan:

Badan Pusat Statistik, 2022, Berita Resmi Statistik, No. No.82/11/Th. XXV, 07 November 2022 (Keadaan Keadaan  Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2022), Jakarta: Badan Pusat Statistik

Direktorat Pembinaan SMA, 2019, Pedoman Program Kewirausahaan SMA, Jakarta: Dirjen Dikdasmen Kemendikbud Philip, U. I., Badiya, M., Ahmadu, H., & Kabiru, Y. (2016). Perceptions of entrepreneurship education by engineering students of Modibbo Adama University of Technology, Yola, Nigeria. African Journal of Business Management, 10(14), 352–360. https://doi.org/10.5897/ajbm2016.8049

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *